Pernahkah kamu berpikir bagaimana seorang mafia dan penjahat berpakaian? Tentu kamu berpikir bahwa para penjahat itu memakai pakaian yang menyeramkan ditambah dengan muka sangar menakutkan. Tato dan senjata api menjadi asesoris penghias untuk menambah karakternya menjadi seorang penjahat. Ternyata tak semua mafia dan penjahat kelas kakap berpakaian seperti itu, lho.
Mafia terkenal Amerika Serikat Al-Capone memiliki selera gaya yang sangat mewah. Padahal mafia kelas kakap sekelas Al-Capone adalah paling ditakuti di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Dia dan gangster-nya berpakaian jas rapi, kemeja button down, celana bahan, dan sepatu kulit. Semua pakaiannya mewah dan tampil necis, semua itu berawal dari selera gaya Al-Capone sendiri.
Jaket jas selutut menjadi suatu fashion item yang ikonik dengan nuansa mafia. Motif garis-garis menjadi motif yang paling diminati pada jas. Warna coklat dan gelap menjadi pilihan yang paling sering dipilih karena menampilkan kesan elegan, santai namun tetap misterius. Manset emas, aksen penjepit dasi, jam tangan rantai dan saputangan sutra bercorak menjadi asesoris untuk melengkapi tampilan. Topi fedora dengan aksen pita berwarna kontras pun menjadi penanda untuk membedakan anggota mafia dengan orang lain yang kebanyakan memakai topi jenis panama. Gaya berpakaian mafia ini sangat ikonik, bahkan sering muncul di film-film klasik hollywood.
Berbeda dengan gangster di Rusia, sub-kultur kriminal Rusia yang memiliki sebutan “Gopniki” memilih pakaian olahraga, celana training, dan sepatu olahraga dari merk Adidas sebagai fashion-must-item-nya. Berawal dari Olimpiade yang diadakan pada tahun 1980 di Moskow oleh tim Soviet yang diproduksi oleh perusahaan Jerman, Adidas. Namun, para pemimpin partai Komunis Uni Soviet melarang untuk menempatkan label perusahaan kapitalis pada baju olahraga atlet Soviet.
Lalu selama masa Soviet Rusia memiliki eksposur yang sangat terbatas untuk mode Barat. Segala sesuatu yang dari ‘luar’ menjadi asing dan semua hal dari Soviet itu keren. Lalu tiba-tiba di tahun 90-an pakaian palsu murah, yang sebagian besar berasal dari Cina, Turki dan Kaukasus diisi pasar. Orang-orang yang pada umumnya miskin dan memiliki sedikit pengetahuan tentang gaya mode Barat, sehingga mereka lebih memilih untuk yang murah, nyaman dan praktis yaitu, track suit atau baju olahraga. Tahanan penjara pun memakai pakaian ini karena minimnya pakaian di penjara. Hingga sekarang pakaian olahraga adidas dengan motif 3 garis pun menjadi suatu lambang kekuasaan bagi “Gopniki”.